Permintaan Global dan Musim Hujan Tekan Kinerja Ekspor Karet Sumut Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul "Permintaan Global dan Musim Hujan Tekan Kinerja Ekspor Karet Sumut"

MEDAN – Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatra Utara (Sumut) menyebut penguatan harga karet alam di tingkat global belum mampu meningkatkan kinerja ekspor karet alam dari Sumut secara signifikan. Sekretaris Eksekutif Gapkindo Sumut Edy Irwansyah menyampaikan volume ekspor karet alam asal Sumut pada September 2025 memang mengalami kenaikan 14,6% (month-over-month/MoM) dibandingkan Agustus 2025 menjadi 22,653 ton. Namun, secara tahunan (year-on-year/YoY) kinerja ekspor karet Sumut masih melemah sebesar 13% jika dibandingkan dengan September 2024 yang mencapai 26,042 ton. Sementara rata-rata harga karet SICOM-TSR20 di pasar internasional selama September 2025 mencapai 173,63 sen AS per kilogram. Edy menyebut setidaknya ada dua faktor yang membuat kinerja ekspor karet Sumut masih stagnan meski harga menguat. Pertama, lantaran permintaan global masih lesu. “Menurut pelaku industri, stagnasi ekspor disebabkan oleh penurunan permintaan global, terutama dari sektor otomotif di Asia Timur dan Amerika Utara,” kata Edy dalam keterangan resmi, dikutip Minggu (26/10/2025). Dia mengatakan aktivitas manufaktur atau industri ban di beberapa negara tujuan utama seperti Jepang, Tiongkok, dan Amerika Serikat masih tertekan akibat tingginya biaya logistik dan melemahnya permintaan kendaraan baru. Kondisi ini berdampak langsung terhadap serapan ekspor karet alam Sumatra Utara yang selama ini menjadi salah satu pemasok utama bahan baku karet olahan Indonesia. Kedua, produksi terganggu akibat musim hujan di sejumlah daerah penghasil karet di Sumut. Edy menyebut mayoritas perkebunan karet di Sumut ialah perkebunan rakyat. Frekuensi dan intensitas hujan yang tinggi membuat aktivitas penyadapan berkurang sehingga pasokan bahan baku dari tingkat petani terbatas. “Banyak petani karet di daerah seperti Tapanuli, Simalungun, Deli Serdang, Langkat, dan Asahan menunda penyadapan pada hari-hari dengan hujan yang mengganggu aktivitas penyadapan,” jelasnya. Lebih jauh dia mengatakan, kenaikan harga karet di pasar global saat ini juga dipicu oleh terbatasnya pasokan dari negara produsen utama di Asia Tenggara, serta ekspektasi membaiknya konsumsi karet dunia menjelang akhir tahun. Berdasarkan data Gapkindo Sumut, ekspor karet Sumut pada September 2025 menyasar 24 negara tujuan dengan 11 di antaranya ialah negara Eropa. Total pangsa pasar karet Sumut ke Eropa pada September mencapai 7,93% dengan rincian ekspor ke Spanyol sebesar 1,51% dari total ekspor ke Eropa; Italia (1,25%); Jerman (0,98%); Luksemburg (0,89%); Yunani (0,89%); Belgia (0,45%); Slovenia (0,45%); Kroasia (0,45%); Prancis (0,36%); Rumania (0,36%); dan Serbia (0,36%). Sementara lima negara tujuan ekspor karet alam Sumut dengan volume ekspor terbesar berasal dari Jepang sebanyak 26,98% dari total ekspor per September 2025; diikuti oleh Amerika Serikat (25,55%); Tiongkok (13,79%); India (7,57%); dan Brasil (7,12%). “Kelima negara tersebut menyerap lebih dari 80% total ekspor karet alam Sumatra Utara, mencerminkan dominasi pasar Asia Timur dan Amerika dalam perdagangan karet dari wilayah ini,” tandasnya.

Detail

  • Tanggal 11-11-25
  • Sumber Bisnis.com